AKU MEMILIH MENGHANTARKAN KEPERGIANMU DARIPADA HARUS MELIHATMU TAK BAHAGIA DENGANKU




Semenjak hari perpisahan itu, aku sadar bahwa sebuah perpisahan bukan alasan untuk mendiskripsikan kesedihan. Terkadang perpisahan adalah salah satu jalan untuk kita sama-sama membahagiakan, kamu bahagia dengan pilihanmu dan aku bahagia dengan melihat kebahagiaanmu.
Aku tak pernah menyesali tentang perpisahan yang telah Tuhan gariskan, walaupun terkadang ada rasa yang selalu meradang, tapi aku yakin bahwasannya Tuhan akan selalu menyediakan obat penawarnya. Misalnya dengan tulisan ini, tanganku memang hanya mengetik tapi sesungguhnya hatiku tengah mengetuk, ia mengetuk pintu langit untuk aku selalu merasa dapat bercengkrama denganmu. Aku selalu merasa bahwa dengan menyampaikan semua kesesakkanku ke langit, hal itu membuat hatiku lebih tenang, dan lebih yakin dengan diriku sendiri bahwa aku mampu tanpamu.
Bercengkrama denganmu terasa lebih dekat dan lebih pekat, bukan soal raga yang menyentuh raga atau tentang tangan yang saling menggenggam. Aku merasa dekat denganmu hanya dengan sebait namamu yang kutulis dalam sajak-sajak syahdu. Mendzikirkan namamu dalam lantunan do’a-do’a terbaik itu lebih menenangkan daripada harus menuliskan dalam sebuah pesan-pesan singkat penuh kepalsuan. Satu lagi, mengharapkan kehalalan hubungan dalam penantian itu lebih menyejukkan dibandingkan harus menjagamu bernaung hubungan yang tanpa penjelasan atau bisa disebut hubungan semu, yang terkadang baik atau buruknya tak kita ketahui dihadapan Tuhan. Aku tak pernah tau jawaban dari penantianku entah akan terjawab sesuai denagan harapan atau malah Tuhan gantikan pengabulan atas harpanku, tapi aku yakin ini adalah jalan yang Tuhan pilihkan untuk kebaikanku.
Terimakasih atas keputusan mengejutkanmu, keputusan meninggalkanku tanpa sepatah alasan. Aku suka itu, karena memang hubungan kita saja tak pernah memiliki alasan untuk dipertahankan. Aku merasa bahwa kamu mencintaiku dengan cara yang berbeda, bukan dengan tatapan tajam tapi dengan sebuah penghormatan. Mengindahkan dan menghargaiku sebagai wanita yang patut kau jaga. Aku tak peduli alasan meninggalkanmu itu, tapi aku tak mau otakku terkikis oleh pemikiran bengis, aku lebih ingin melatihnya dengan banyak pemikiran yang menjadi ladang kebahagiaan untuk hatiku. Walaupun sebenarnya alasanmu pergi bukan seperti yang kutuliskan missal kamu akan kembali berjuang untuk seseorang, atau kamu bosan atau bahkan kamu sudah tak menginginkan kebersamaan atau alasan lainnya yang tak bisa ku mungkinkan. Sekali lagi, aku tak peduli dengan alasan itu, aku hanya peduli dengan alasan yang sudah ku bangun dengan ketangguhanku.
Indah bukan? So ceritakan kebahagiaanmu dalam sebuah perpisahan walaupun semua hati pun tau bahwa tak ada yang baik-baik saja dalam sebuah perpisahan. Tapi setelah perpisahan akan ada asa yang kembali tertata dan tentunya ada mendung yang kan menemukan sinarnya kembali walaupun bukan dengan cahaya yang sama.
Wassalamu’alaikum, semoga hati yang terluka akan lebih baik setelah membaca tulisan ini. J

Komentar