AGAR LEBIH KUAT
AGAR LEBIH KUAT
Dari kecil aku selalu merasa tidak lebih
beruntung daripada teman-temanku. Setiap kaki melangkah rasanya terdengar suara
ejekan, setiap ingin bergabung dengan
teman untuk hanya sekedaar bermain, sudah terbayang pada akhirnya nanti aku
yang akan tersingkirkan dan mendapat kekalahan. Manusia lain seolah tidak
pernah ingin menerima saya, terkecuali bapak dan ibu. Boro-boro punya harapan
untuk disukai teman lainnya, untuk sekedar diterima dengan baik rasanya sulit.
Namun, bagaimanapun cara mereka memperlakukan,
saya yang dulu hanya seorang anak-anak yang tidak tau apa-apa hanya bisa
memendam dan menanyakan pada diri saya, sebenarnya apa salah saya, apa yang
membuat mereka begitu tidak suka pada diri saya, apa yang salah dengan
kehidupan saya, dan masih banyak lagi pertanyaan yang tidak mampu saya ucapkan.
Bahkan ketika saya bertanya sebenarnya apa yang mereka saling bisikkan, apa
yang mereka sedang katakana tetap saja hanya tatapan sinis dan acuh yang saya
dapatkan.
Suatu saat di kehidupan saya yang mulai
mendewasa, saya Kembali berpikir, menduga dan mengira seperti sekarang ini.
Walaupun saya masih ingat betul bagaimana mereka mengejek saya, bagaimana
mereka menyebut saya dengan sebutan panggilan yang buruk dan lainnya. Saya
tidak akan menjelaskan bagaimana detailnya itu, karena bagi saya hingga
sekarang jika nama panggilan itu disebutkan dan ejekan itu saya tulis rasa
sakitnya akan tetap sama.
Saat ini, saya hanya akan menyadari apa yang
ada dan mengungkapkan apa yang saya rasa.
Dulu, memang saya hanya seorang anak desa
dengan pakaian yang teramat sederhana, memiliki kulit sawo matang dan cenderung
gelap, memiliki bapak yang hanya seorang buruh, memiliki rumah yang hanya dalam
kategori layak, dan tidak bergelimang harta seperti yang lainnya. Saya sadar
terhadap semua kekurangan yang ada pada diri dan keluarga, namun apa hanya
karena hal tersebut, saya selalu layak untuk dijauhi?
Komentar
Posting Komentar