KAU SINGGAH, AKU SUNGGUH

KAU SINGGAH, AKU SUNGGUH 

    Sekembalinya hati ke peraduan selalu diiringi rasa sesal yang tak akan pernah bisa terhapuskan. Menepis rasa kecewa rasanya menjadi hal yang mustahil. Sejuta harapan yang diimpikan Kembali harus dikuburkan dengan segenap kerelaan yan masih tersisa. Walaupun terseok untuk melangkah pergi, walaupun terbata mengucapkan kata perpisahan, tetap saja takdir Tuhan tidak akan pernah bisa terbantahkan. Aku tau, aku sudah kalah sebelum gendang pertandingan, aku paham aku tersingirkan tanpa pernah ada keadilan.

    Aku tidak akan pernah berterimakasih atas kehadiran, aku tidak akan pernah berterimakasih atas kenangan dan aku tidak akan berterimakasih atas pemberian, tapi bohong. Tetap saja, hati yang mencintai tidak akan memberikan sedkit kebencian, tetap saja hati yang buta tidak ingin membalas kelukaan, dan tetap saja hati yang Tuhan titipkan rasa, tetap saja akan memberikan pembenaran meskipun telah terluka. Aku yang Tuhan titipkan cinta kepadamu, aku pula yang harus terluka karenamu. Rasanya tidak adil.

    Mari kita sejenak membahas tentang singgah dan sungguh, dua kata yang kita pernah jalani bersama. Kamu yang selalu datang hanya untuk sebuah kekosongan, kamu yang selalu mampir karena kebosanan, kamu yang selalu ada karena saat perasaanmu tak dianggap ada, dan kamu yang selalu singgah hanya untuk menyembuhkan luka. Sekarang kita bahas tentang sungguh. Aku yang selalu menyambut kedatanganmu dengan senyuman saat kamu dalam kekosongan, aku yang selalu menerimamu dengan tangan terbuka saat kamu mampir dalam keadaan bosan, aku yang selalu ada memberikan segala rasa walaupun  taka da balasan yang senada, dan aku yang selalu sungguh dalam menyembukan luka meskipun tau setelah kesembuhan, kamu akan mencari tujuan yang tidak pernah aku harapkan.

    Sudah lama kita menjalaninya, dan waktuku habis diisi dengan kisahmu, kisahnya dan kisahku. Rasanya sinar Pelangi sudah tidak mampu untuk mewarnai bahkan bulan dan bintang sudah tidak mampu menembus pekatnya rasa ini, apalagi matahari, dia seperti gerhana yang sudah terutup pancaran sinarnya. Sekarang hanya awan kelabu, mendung dan derapan angin saja yang menemani detak jantung ini.


mfrhmh_



Komentar