MENJADI WANITA MANDIRI
MENJADI WANITA MANDIRI
Sejatinya setiap wanita menginginkan bahu untuk
bersandar, tangan untuk menggenggam dan paying untuk berteduh. Ketiganya sangat
diharapkan dari lelaki yang kelak akan mendampinggi. Mengapa demikian? Karena
sedari kecil dia tidak pernah ditinggalkan oleh lelaki, dia dilindungi dan
dijaga dengan baik dengan cinta pertamanya yaitu ayahnya.
Tapi setiap takdir tidak selalu membahagiakan,
ada yang harus berjuang tanpa sandaran, melangkah tanpa pijakan, dan berdiri
tanpa sanggahan. Itu mengapa saya sangat bertekad menjadi wanita yang mandiri. Bukan
karena tidak mempercayai lelaki yang akan menjagaku kelak, tapi sekali lagi
saya tegaskah bahwasannya takdir tidak selalu sesuai dengan harapan, adakalanya Tuhan berikan cobaan sebagai bumbu
kehidupan.
Saat wanita memiliki banyak cita-cita dan
mencapai kegemilangan, disitulah saya merasa bahwa Tuhan memberikan keadilan
dimana cantik dan menawan bukan menjadi tolak ukur posisi kita dimata Tuhan. Saya akan merasa lebih bangga apabila
dihargai karena prestasi dan pencapaian yang telah saya lakukan. Karena banyak
sekali sisi dari seorang wanita yang perlu dilihat dan di apresiasi.
Kemandirian wanita menjadi mutlak harus
dimiliki karena melihat dari sejarah, dimana istri Rasulullah yakni Sayyidah
Khatidjah adalah seorang wanita yang sangat mandiri. Bahkan, beliau sangat
mahir dalam melakukan jual beli,
sehinggga dapat memperjuangkan agama Islam dengan suaminya yakni Rasulullah
SAW. Sebagai Muslimah yang ideal tentunya harus dapat sedikit meniru beliau, menjadi wanita mandiri dan berjuang
demi kemuliaan.
Memang di zaman sekarang sudah tidak ada lagi
peperangan yang mengharuskan banyak biaya, namun di bumi ini masih banyak
saudara kita yang harus dibri perhatian. Entah pendidikannya, ekonomi dan
keberlangsungan hidup. Toh enjadi manusia yang bisa melakukan charity dengan dengan
sesame adalah sebuah kebahagiaan.
Saya pernah membuat kalimat yang isinya “Jika
kamu menginginkan kebahagiaan, jangan sesekali kamu memintanya, tapi cobalah
untuk berbagi kebahagiaan, niscaya Tuhan berikan kebahagiaan lebih di hatimu” kalian
boleh percaya atau tidak, tapi saya sudah membuktikannya. Di suatu hari, saya mengalami
tekanan batin, stress, dan memikirkan hal-hal yang sangat pelik tanpa tau
solusinya. Saya pergi mencari kebahagiaan
dengan mecari uang, makan, belanja dan menyenangkan diri sendiri. Namun nyatanya
itu semua tidak dapat mengobati apa yang sedang saya rasakan. Hinga di sore
hari, saya melihat keluarga, sanak saudara hingga terlintas untuk membagikan
kebahagiaan yang saya punya. Hasilnya pun tida disangka, semua yang saya kira akan
mengurangi kebahagiaan, malah justru membuat saya jauh lebih bahagia.
mfrhmh_
Komentar
Posting Komentar